Berita  

Kereta Cepat Terlambat Beroperasi, Biaya Proyek Membengkak

Kereta Cepat: Janji Melaju Tersendat, Biaya Membengkak Tak Terbendung

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang digadang-gadang sebagai ikon modernisasi transportasi Indonesia, kini menghadapi dua tantangan besar yang menguji kesabaran publik dan ketahanan anggaran negara: keterlambatan operasional dan pembengkakan biaya proyek yang signifikan.

Melaju di Atas Rel Waktu yang Tersendat

Sejak awal digagas, target operasional kereta cepat ini terus bergeser. Janji-janji untuk segera mengangkut penumpang berulang kali tertunda. Pandemi COVID-19 memang menjadi faktor utama yang tak terhindarkan, namun kendala lain seperti pembebasan lahan yang alot, masalah teknis dalam konstruksi, hingga urusan perizinan yang kompleks turut memperparah kondisi. Meskipun serangkaian uji coba telah dilakukan dan nama "Whoosh" telah diresmikan, publik masih menanti kepastian kapan moda transportasi super cepat ini benar-benar bisa melayani secara komersial, memangkas waktu tempuh Jakarta-Bandung menjadi hanya sekitar 30 menit. Keterlambatan ini bukan hanya soal waktu, tetapi juga berdampak pada persepsi publik dan potensi kerugian ekonomi dari manfaat yang tertunda.

Anggaran Melonjak, Beban Kian Membengkak

Paralel dengan keterlambatan, anggaran proyek Kereta Cepat juga membengkak signifikan. Estimasi awal sekitar US$ 6,07 miliar kini diperkirakan melonjak menjadi sekitar US$ 7,3 miliar. Lonjakan biaya ini memicu perdebatan sengit, terutama setelah pemerintah memutuskan untuk menyertakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai penjamin, bahkan dengan suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN), meskipun sebelumnya dijanjikan tanpa APBN.

Pembengkakan biaya ini menambah beban finansial negara dan memunculkan pertanyaan tentang efisiensi pengelolaan proyek, perencanaan yang matang, serta mitigasi risiko yang kurang optimal. Ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari tantangan kompleks dalam proyek infrastruktur berskala raksasa yang melibatkan banyak pihak dan dinamika geopolitik.

Antara Harapan dan Realita Pahit

Situasi ini menempatkan proyek Kereta Cepat di persimpangan jalan. Di satu sisi, penyelesaiannya menjadi krusial untuk menjaga kredibilitas dan memberikan manfaat transportasi yang dijanjikan. Di sisi lain, keterlambatan dan biaya tambahan memicu kritik tajam, mempertanyakan kelayakan ekonomis dan proses pengambilan keputusannya.

Terlepas dari segala tantangan, Kereta Cepat Jakarta-Bandung tetap merupakan proyek strategis yang berpotensi mengubah lanskap transportasi Indonesia. Namun, pelajaran berharga harus dipetik dari setiap hambatan yang terjadi, mulai dari perencanaan yang lebih matang, mitigasi risiko yang komprehensif, hingga transparansi anggaran yang tak tergoyahkan. Diharapkan, ketika akhirnya beroperasi penuh, "Whoosh" benar-benar dapat menjadi solusi transportasi modern yang efisien dan memberikan nilai tambah nyata bagi masyarakat, bukan sekadar monumen biaya yang membengkak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *