Banjir Bandang Menggila Lagi: Infrastruktur Kita Sekuat Apa?
Lagi-lagi, duka dan kerugian menyelimuti saat banjir bandang kembali menerjang berbagai wilayah di Indonesia. Fenomena ini, yang kian sering terjadi, bukan hanya sekadar musibah alam, melainkan juga menyoroti secara tajam satu isu krusial: ketidaksiapan infrastruktur kita dalam menghadapi ancaman hidrometeorologi.
Ketika air bah datang, yang pertama kali dipertanyakan adalah: apakah sistem drainase mampu menampung? Apakah tanggul cukup kokoh? Apakah tata ruang kota telah mempertimbangkan daerah resapan dan aliran air? Jawabannya sering kali mengecewakan. Banyak infrastruktur yang ada dirancang untuk kondisi masa lalu, tidak siap menghadapi intensitas hujan ekstrem akibat perubahan iklim, atau bahkan karena abai terhadap prinsip dasar mitigasi bencana.
Penyebab yang Terus Berulang:
- Drainase Tak Memadai: Saluran air yang menyempit, tersumbat sampah, atau tidak terhubung secara sistematis memperparah genangan dan mempercepat aliran permukaan.
- Tata Ruang yang Abai: Pembangunan di daerah resapan air, bantaran sungai, atau jalur hijau tanpa perencanaan matang menghilangkan fungsi alami tanah sebagai penyerap air, mengubahnya menjadi area rentan banjir.
- Degradasi Lingkungan: Deforestasi di hulu sungai dan alih fungsi lahan mempercepat erosi dan sedimentasi, mengurangi kapasitas sungai, serta memicu tanah longsor yang menjadi pemicu banjir bandang.
- Minimnya Pemeliharaan: Banyak infrastruktur yang dibangun kurang mendapat pemeliharaan rutin, membuatnya rapuh dan tidak berfungsi optimal saat dibutuhkan.
Sorotan dan Tuntutan:
Banjir bandang yang berulang ini adalah peringatan keras. Ketidaksiapan infrastruktur bukan hanya soal teknis, melainkan juga cerminan dari kebijakan, perencanaan, dan implementasi yang belum optimal. Pemerintah daerah hingga pusat dituntut untuk segera melakukan evaluasi komprehensif, mengintegrasikan mitigasi bencana dalam setiap pembangunan, dan berinvestasi pada infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan.
Pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam menjaga kebersihan lingkungan, menaati aturan tata ruang, serta terlibat aktif dalam upaya mitigasi menjadi kunci. Banjir bandang bukan lagi tentang "jika", tapi "kapan". Kesiapan infrastruktur adalah benteng pertama kita, dan kegagalannya adalah cerminan tanggung jawab kita bersama.












