Tabir Gelap CSR Tambang: Warga Tuntut Transparansi, Akhiri Misteri Dana Sosial
Di tengah gemuruh operasi penambangan yang seringkali mengubah lanskap dan kehidupan masyarakat sekitar, janji-janji akan Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sering digaungkan. Namun, bagi banyak warga di wilayah terdampak, dana CSR perusahaan tambang justru diselimuti tabir misteri. Ketidakjelasan alokasi dan minimnya laporan transparan memicu gelombang pertanyaan dan tuntutan: "Ke mana sesungguhnya dana sosial itu mengalir?"
Misteri di Balik Angka
Keluhan utama masyarakat berkisar pada absennya informasi yang memadai. Program-program CSR seringkali muncul tanpa konsultasi mendalam dengan komunitas, sehingga tak jarang tidak tepat sasaran atau bahkan tidak menyentuh akar masalah yang dihadapi warga. Alih-alih menjadi solusi, dana CSR yang tidak transparan justru menimbulkan kecurigaan, potensi penyalahgunaan, dan memperlebar jurang ketidakpercayaan antara perusahaan dan masyarakat. Padahal, di sektor pertambangan, di mana dampak lingkungan dan sosial sangat signifikan, peran CSR seharusnya menjadi tulang punggung pembangunan berkelanjutan dan mitigasi risiko.
Warga Mendesak Akuntabilitas Penuh
Warga menuntut lebih dari sekadar janji. Mereka menginginkan audit independen atas penggunaan dana CSR, laporan keuangan yang detail dan mudah diakses, serta keterlibatan aktif dalam setiap tahapan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program. Partisipasi masyarakat bukan hanya hak, tetapi juga kunci untuk memastikan bahwa program CSR benar-benar relevan, efektif, dan memberikan manfaat nyata. Ini adalah panggilan untuk akuntabilitas penuh, yang akan mengembalikan esensi CSR sebagai wujud kepedulian tulus, bukan sekadar kewajiban normatif yang disalahgunakan.
Jalan Menuju Kesejahteraan Bersama
Transparansi dalam pengelolaan dana CSR bukan hanya soal kepatuhan, tetapi fondasi bagi hubungan yang sehat dan berkelanjutan antara perusahaan tambang dan masyarakat. Tanpa itu, lisensi sosial untuk beroperasi (social license to operate) akan terus dipertanyakan. Sudah saatnya perusahaan tambang membuka diri, melibatkan masyarakat sebagai mitra sejati, dan mengakhiri misteri dana sosial. Hanya dengan begitu, CSR dapat benar-benar menjadi jembatan menuju kesejahteraan bersama, bukan sumber konflik dan ketidakpercayaan abadi.
