Kartu Prakerja Diperluas: Jangkar Harapan atau Sekadar Angka bagi Pengangguran Baru?
Program Kartu Prakerja, yang mulanya dirancang sebagai skema semi-bantuan sosial dan pelatihan, kini diperluas cakupannya. Dengan fokus yang semakin melebar, pertanyaan krusial muncul: seberapa efektifkah perluasan ini menjadi jangkar harapan yang nyata bagi gelombang pengangguran baru yang mencari pijakan di pasar kerja?
Jangkar Harapan: Potensi Positif Perluasan
Perluasan Kartu Prakerja membawa serta potensi positif yang tidak bisa diabaikan. Bagi pengangguran baru, terutama lulusan muda atau mereka yang baru kehilangan pekerjaan, program ini menawarkan:
- Akses Pelatihan Keterampilan: Ini adalah kesempatan emas untuk menguasai skill baru atau meningkatkan yang sudah ada, terutama yang relevan dengan tuntutan pasar kerja digital dan industri 4.0.
- Jembatan Adaptasi: Di tengah disrupsi ekonomi, program ini bisa menjadi fasilitator bagi individu untuk beradaptasi, melakukan reskilling atau upskilling, agar tidak tertinggal.
- Dukungan Finansial Awal: Insentif yang diberikan, meski tidak besar, dapat sedikit meringankan beban finansial sementara peserta mencari pekerjaan atau memulai usaha.
Sekadar Angka? Tantangan dan Pertanyaan Krusial
Namun, efektivitas perluasan ini bagi pengangguran baru tidak lepas dari sejumlah tantangan dan pertanyaan mendasar:
- Relevansi Pelatihan vs. Kebutuhan Industri: Apakah semua materi pelatihan yang tersedia benar-benar selaras dengan kebutuhan riil pasar kerja yang dinamis? Pengangguran baru seringkali membutuhkan keterampilan yang sangat spesifik dan cepat diserap.
- Kualitas Pelatihan dan Penyerapan: Variasi kualitas penyedia pelatihan menjadi sorotan. Pelatihan yang berkualitas rendah hanya akan menghasilkan sertifikat tanpa kompetensi yang memadai, sehingga gagal membantu penyerapan ke lapangan kerja.
- Persaingan Pasar Kerja: Meskipun seseorang telah dibekali keterampilan baru, mereka tetap harus bersaing ketat dengan kandidat lain di pasar kerja yang seringkali terbatas. Tanpa koneksi yang kuat ke bursa kerja atau peluang wirausaha, pelatihan bisa terasa sia-sia.
- Fokus Jangka Pendek vs. Jangka Panjang: Apakah program ini hanya menjadi solusi sementara untuk mengurangi angka pengangguran secara statistik, atau benar-benar membangun fondasi keterampilan jangka panjang yang berkelanjutan?
Menjadikan Jangkar yang Kokoh
Agar Kartu Prakerja benar-benar menjadi jangkar yang kokoh bagi pengangguran baru, bukan sekadar angka dalam laporan, diperlukan beberapa langkah strategis:
- Kurikulum Dinamis dan Berbasis Data: Pelatihan harus terus dievaluasi dan diperbarui berdasarkan tren pasar kerja dan masukan langsung dari industri.
- Kualitas dan Akuntabilitas Penyedia: Seleksi dan pengawasan penyedia pelatihan harus lebih ketat, dengan fokus pada hasil penyerapan kerja pasca-pelatihan.
- Sinergi dengan Bursa Kerja: Program harus terintegrasi lebih dalam dengan platform pencari kerja dan perusahaan, memfasilitasi penempatan kerja setelah pelatihan.
- Pendampingan Wirausaha: Bagi mereka yang ingin berwirausaha, dukungan dan pendampingan pasca-pelatihan perlu diperkuat.
Kesimpulan
Perluasan Kartu Prakerja adalah langkah positif dalam upaya pemerintah menghadapi tantangan pengangguran. Namun, keberhasilannya bagi pengangguran baru akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi, memberikan pelatihan yang relevan dan berkualitas, serta memfasilitasi koneksi nyata ke peluang kerja. Ia bisa menjadi jangkar harapan yang kuat, asalkan dikelola dengan visi jangka panjang yang melampaui sekadar target angka partisipasi.
