Layar Kaca Publik di Pusaran Digital: Antara Relevansi dan Eksistensi
Penyiaran publik, dengan misi mulia sebagai pilar informasi, edukasi, dan hiburan yang netral serta inklusif, kini menghadapi badai disrupsi di era digital. Dulu menjadi jendela utama dunia bagi banyak orang, kini eksistensinya diuji oleh lanskap media yang terus berubah. Tantangannya bukan sekadar adaptasi teknologi, melainkan pertaruhan terhadap relevansi dan keberlangsungan misinya.
Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi penyiaran publik di era serba digital:
-
Fragmentasi Audiens dan Pergeseran Perilaku:
Era digital melahirkan "audiens on-demand." Masyarakat tidak lagi terpaku pada jadwal siaran tradisional, melainkan beralih ke platform streaming (OTT), media sosial, dan konten yang dipersonalisasi. Penyiaran publik kesulitan merangkul generasi muda yang lebih akrab dengan YouTube, TikTok, atau Netflix, sehingga berisiko kehilangan basis audiens masa depan. -
Keterbatasan Pendanaan vs. Investasi Teknologi:
Berbeda dengan raksasa media swasta yang didukung iklan besar atau model langganan, penyiaran publik seringkali bergantung pada anggaran negara atau iuran yang terbatas. Sementara itu, untuk bersaing di ranah digital, dibutuhkan investasi besar pada infrastruktur teknologi, platform multi-media, dan talenta digital. Kesenjangan ini menjadi jurang pemisah yang signifikan. -
Persaingan Konten Global yang Agresif:
Audiens kini dibanjiri pilihan konten berkualitas tinggi dari seluruh dunia, diproduksi oleh perusahaan multinasional dengan sumber daya tak terbatas. Penyiaran publik harus bersaing dengan narasi global, format inovatif, dan produksi sinematik yang memukau, sambil tetap mempertahankan identitas lokal dan nilai-nilai kebangsaan sebagai kekuatannya. -
Mempertahankan Kredibilitas di Tengah Banjir Informasi:
Di tengah lautan informasi, misinformasi, dan disinformasi yang beredar cepat di platform digital, peran penyiaran publik sebagai "oase kebenaran" semakin krusial. Namun, algoritma media sosial seringkali menciptakan echo chambers dan filter bubbles yang membuat informasi faktual sulit menembus. Tantangannya adalah bagaimana tetap menjadi sumber terpercaya yang mudah diakses dan menarik bagi semua kalangan. -
Adaptasi Inovasi dan Konvergensi Media:
Penyiaran publik dituntut untuk tidak hanya hadir di televisi atau radio, tetapi juga merambah platform digital dalam berbagai bentuk (podcast, video pendek, artikel interaktif, siaran langsung media sosial). Ini membutuhkan keahlian baru, strategi konten yang berbeda, dan kemampuan untuk berinovasi tanpa henti agar tetap relevan dan menarik di tengah kecepatan perubahan digital.
Masa Depan Penyiaran Publik:
Tantangan-tantangan ini memang berat, namun misi penyiaran publik untuk melayani kepentingan publik tetap tak tergantikan. Transformasi fundamental diperlukan, bukan sekadar migrasi platform, melainkan redefinisi peran, strategi konten, model pendanaan, dan cara berinteraksi dengan audiens. Hanya dengan inovasi tanpa henti, kolaborasi, dan konsisten pada nilai-nilai dasarnya, penyiaran publik dapat terus menjadi pilar demokrasi yang relevan dan esensial di era digital.












